Senin, 29 Juni 2015

Landskap Politik Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Kuwait Studi Kasus: Perang Teluk II (Irak-Kuwait)

Politik Global Amerika Serikat, sebagai bahan pendalaman materi Politik Luar Negeri/ Politik Global Amerika Serikat dan Dunia Islam, silakan untuk membuka link di bawah ini:
1. Invansi Amerika Serikat Terhadap Irak dalam Perang Teluk III by Arinda A. Dananir
2. Sejarah Perang Teluk II by Ramita Paraswati
3. Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Teluk II by Marfi Arindo Y.
4. Islam dan Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat by Yana Yuli Yani
5. Kepentingan Amerika Serikat dalam Perang Teluk II by Harya Bima




Landskap Politik Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Kuwait
Studi Kasus: Perang Teluk II (Irak-Kuwait)

Ditulis Oleh: Putri Adhira/20130510348/C/HI UMY
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Politik Global AS
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Bambang Cipto, MA.

Dalam bukunya Dunia Islam dan Masa Depan Hubungan Internasional di Abad 21, Bambang Cipto menjelaskan bawasanya membahas koridor islam dalam konteks politik luar negeri Amerika ialah suatu buah gagasan yang menantang. Pasalnya, landskap hubungan antara Amerika dan dunia islam menawarkan dua tatanan yang berbeda yaitu, fakta bahwasanya perbedaan agama, tradisi, bahasa, dll merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri sehingga keduanya tidak memiliki kedekatan karakter dalam bidang tersebut. Namun, disisi lain fakta akan ketergantungan Amerika pada sumber energi di negeri Muslim ini menjadi hal yang tidak pula dapat dipungkiri. Kehadiran Amerika untuk turut mengambil peranan strategis dalam perang teluk dua yaitu, antara Irak dan Kuwait sebagai negara yang berada di tanah negeri Muslim menjadi hal yang patut diteropong lebih dekat sebagai suatu kajian atas dinamika arah politik luar negeri suatu negara, khususnya dalam hal ini ialah Amerika sebagai salah satu negara adidaya yang menempatkan dirinya pada baris yang sama dengan posisi Kuwait.

          Perang Teluk II merupakan perang yang melibatkan Irak dan Kuwait sebagai aktor utama atas perang yang hadir dalam konflik berdimensi minyak. Minyak, dalam kenyataannya, selain menciptakan kemakmuran dalam kenyataannya juga menorehkan sejarah hitam dan menjadi sumber konflik (Jatmika, 2014).  Begitu halnya dengan konflik di negeri Muslim ini, minyak hadir sebagai akar konflik yang mengantarkan Irak dan Kuwait dalam lahan peperangan pada tahun 1990-1991. Perang ini merupakan perang pertama yang menampilkan Amerikat hadir sebagai aktor utuh pemain utama konflik. Invansi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Perang Irak-Kuwait dipandang oleh Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas ladang minyak Rumeyla. Dalam perkembangannya, Amerika hadir untuk merapatkan barisan dalam melindungi Kuwait dan memutuskan untuk melakukan invansi kepada Irak. Tiindakan ini bukanlah merupakan tindakan prematur tanpa dasar rasionalisasi dan arah yang jelas, namun bagi negara yang menjadikan instrumen politik luar negeri sebagai prioritas dalam mendukung national building­-nya maka keputusan keterlibatannya dalam Perang Teluk II ini ialah jembatan yang bernilai strategis tinggi dalam menggapai suatu misi.

                                         Gambar 1. Ilustrasi Perang Teluk II
 Perubahan dan perkembangan konstelasi politik internasional dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara (Wuryandari, 2011). Pesatnya perkembangan politik internasional yang jauh berbeda dengan ketika masih berlangsungnya Perang Dingin telah menuntut adanya pergeseran dan reorientasi kebijakan setiap negara, termasuk dalam hal politik luar negeri sebagai instrumen dalam membangun pondasi-pondasi pembangunan negara. Begitu halnya dengan yang terjadi pada Amerika dan Perang Teluk II, terkhusus pada kebijakannya untuk melibatkan diri secara penuh dan memberikan garis keterarahan yang jelas dalam memihak Kuwait ataupun Irak. Hal ini memanglah membuktikan bahwasanya sebagaimana terpapar dalam buku Politik Luar Negeri Indonesia di tengah Arus Perubahan Politik Internasional karya Ganewati Wuryandari yaitu, hubungan antarnegara ialah hubungan yang tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Artinya, akan hadir pola-pola hubungan yang berubah. Hal yang sama untuk menggambarkan kehadiran Amerika dalam konflik tersebut, yaitu adanya pemusatan perhatian politik liar negeri Amerika kepada kawasan Negeri Muslim setelah sekian lama tidak memberikan pola interksi yang jelas. Hal ini menunjukan bahwasanya, Amerika telah menemukan momentumnya dan alasan terbaiknya untuk memberikan fokus perhatian interksi globalnya pada negara-negara kawasan Negeri Muslim, terkhusus melalui interaksi dalam perang antara Irak dan Kuwait.

 Politik luar negeri suatu negara pada hakikatnya merupakan hasil perpaduan dan refleksi dari kondisi dalam negeri yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi internasional (Wuryandari, 2011). Wajah politik luar negeri Amerika dalam memberikan dukungan implisit bagi Kuwait untuk melawan Irak dalam Perang Teluk II merupakan hal yang lahir dari kolaborasi pertimbangan internal dan eksternal. Kuwait sebagai negara dengan penghasil minyak dengan jumlah yang besar telah menjadi daya tarik tersendiri bagi Amerika sebagai negara yang tidak mempunyai lahan sumber energi tersebut di tenagh kebutuhannya yang sennatiasa tergantung pada gerakan energi. Oleh karena itu, Amerika telah menyadari kebutuhannya untuk turut bertanggung jawab dalam melindungi Kuwait dari serangan-serangan yang tidak saja menggangu kepentingan Kuwait namun lebih dalam lagi dalam melindungi kepentingan nasionalnya dalam hal pemenuhan kebutuhan energi. Oleh karena itu, beberapa kebijakan menjadi potret nyata dalam melihat geliat orientasi politik luar negeri Amerika dalam perang tersebut. Diantaranya ialah :
1.      Keputusan untuk melakukan interverensi dalam dinamika Perang Teluk II guna menciptakan celah penguatan peranannya di Negeri Muslim dengan turut mengendalikan konflik yang melibatkan negara-negara di kawasan tersebut.
2.      Amerika memutuskan untuk tidak memberi dukungan atas kebijakan Saddam Hussein dalam menguasai Kuwait. Hal ini kemudian disusul dengan keputusan dalam bentuk tindakan invansi militer Amerika kepada Irak dan melindungi kepentingan Kuwait.
3.      Menguatkan perannya sebagai hegemoni di Negeri Muslim dengan cara: menyalahkan kebijakan Irak, menolak hubungan diplomatik dengan Irak, menjatuhkan sanksi kepada Irak serta mempersiapkan penyerangan militer secara besar-besarkan kepada Irak.
4.      Mengamankan Teluk Persia sebagai zona emas bagi sirkulasi dan transportasi perdagangan internasional, termasuk minyak.

      Beberapa kebijakan ini telah menunjukan kepada kita atas landskap politik luar negeri Amerika dalam Perang Teluk II yang diwarnai dengan keberpihakannya kepada Kuwait sebagai aktor negara terlibat perang yang juga hadir sebagai sumber mitra bernilai strategis tinggi dalam pemenuhan kebutuhan energi Amerika ke depannya. Hal ini berkesesuaian dengan bentuk-bentuk kepentingan Amerika di Timur Tengah sebagaimana yang telah dipaparkan Sidik Jatmika dalam bukuny Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah yaitu, guna menjaga eksistensi kepentingan AS dan negara-negara sekutunya di Timut Tengah, menjaga eksistensi para penguasa di Timur tengah yang loyal dengan Amerika dan begitu juga sebaliknya serta menjaga eksistensi eksplorasi dan transportasi minyak ke AS dan negara sekutunya.

Daftar Referensi :
             Cipto, Bambang. 2011. Dunia Islam dan Masa Depan Hubungan Internasional di Abad 21. Yogyakarta: LP3M UMY.
            Daryatno. 2006. Agenda Politik Internasional: Melukiskan Perkembangan Politik Dunia yang Luar Biasa Dramatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Terjemahan)
             Jatmika, Sidik. 2014. Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah. Yogyakarta: Maharsa.
            Wuryandari, Ganewati, dkk. 2011. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
            htttp://www.google.co.id/search?q=perang+teluk+II&newwindow=1&source=ln ms&tbm=isch&sa=X&ei=tG2RVYSnE8GGuATa2oO4DQ&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=102 4&bih=473#imgrc=FZCtjmXEEXvNoM%3A. (Picture, diakses pada Senin, 30 Juni 2015 pukul 22.34)